Sebuah Pengakuan Dosa
Hari Minggu makan sapo tahu
Cinta pergi pada Senin pagi
Pulang kerja nongkrong di mana?
Brondong Sency lucu-lucu
Mau beli sepatu malah dapat baju
Dan selalu ada celana yang menggoda
Umur kepala tiga tingkah remaja
Tapi apa arti usia jika yang dicari sama
Beli buku sastra untuk apa?
Patah hati itu biasa selama
Masih bisa belanja dan beli pulsa
Tak perlu nunggu diskon di Zara
Menabung nanti-nanti saja
Sekarang habiskan semua
I’m broke but I’m hapyy *
Walau hampa pasti kuhadapi **
Belakangan ini aku makin sensitif
Mungkin karena mulai putus asa
Umur kepala tiga belum menulis
Apa-apa dan tidak ke mana-mana
Menyanyikan lagu-lagu cinta
Makin jauh dari pergaulan
Orang-orang dewasa
Kamu masih yoga? ***
Aku sekarang lebih banyak di rumah
Memotret wajah sendiri dalam cermin
Dan sudah lama lupa cara berdoa
Sibuk memikirkan besok pakai baju apa
Untuk pesta ulang tahun sebuah plaza
Umurku kepala tiga dan minum wine
Di antara perempuan-perempuan
Pucat berwajah jahat
Mencela orang sambil tertawa panjang
Umurku kepala tiga dan, ya Tuhan
Aku berciuman dengan orang asing
Di suatu tempat yang gelap dan bising
Umurku kepala tiga dan tak membaca
Pram dan Sherlock Holmes dan masih
Menonton film horor Indonesia
Malam Minggu ke mana?
Tele-tele ya….
*) dari lagu Alanis Morisette
**) dari lagu Bondan Prakosa feat. Fade to Black
***) dari film “Mati Suri” (Rizal Mantovani, 2009)
I’m Single and Not So Happy, Oppie
sudahlah lirik-lirik murahanmu itu
tak akan mampu menghiburku
perlu berapa banyak pesta
untuk mengusir kesepian?
hidupku sangat sempurna
oh ya? bokis!
blazer saja aku tak punya
dan masih harus beli syal
untuk musim hujan
I’m single dan rambutku
masih bergaya 70-an
and I’m not so very happy
tanpa judul
ini bukan sulap, nyonya
tapi lihat
di tangan saya
kemiskinan mengembang
jadi busa merah muda
dalam kantong-kantong plastik
bergambar naruto dan dora
bergoyang-goyang di pikulan
kekal dan bosan seperti nasib
matang seperti buah
menunggu dipetik
Musim Semi Puisi di Facebook
akhir-akhir ini
aku sering keluar malam
dan sulit membedakan
antara tersesat jalan
dan kehilangan alasan
untuk pulang
tiba-tiba
bulan februari terasa
sangat panjang
sejak gerimis pagi itu
menelan tubuhmu
dan mengubah jalan-jalan
menjadi kenangan
sampai sekarang
aku tak punya cara
untuk melupakanmu
kecuali diam-diam
belajar membenci
semua hal
suatu hari
mungkin kita akan
papasan di suatu simpang
atau saling memergoki
sedang makan tom yam
bersama kekasih baru
di foodcourt
tempat pertama
kita bertemu
tidak,
aku pasti akan terlalu tua
untuk segala drama percintaan
babak berikutnya
dan telanjur letih sebelum
menghadiri semua pesta
dunia akan melupakanku
dan rumah yang pernah
kita tinggali ternyata tak
meminta alasan apa pun
untuk ditinggal pergi
sebab, kau telah lebih dulu
menghancurkannya
Agenda dan Fashion untuk Musim Hujan Bulan ini
“You can look cute in the rain if you wear printed sneakers
that match your umbrella!”
(Seventeen)
kata ramalan cuaca
hujan akan turun seharian
sepanjang bulan
februari
siapkan fashion musim dingin, katamu
aku sudah punya syal
sepuluh ribuan
beli di pasar festival
dan hoodie dari musim
hujan tahun lalu
tapi aku malas
bangun lebih pagi
percuma
kemacetan tak kenal waktu
dan busway makin brengsek saja
tak perlu sarapan
makan siang saja lebih cepat
aku lagi suka menu nasi padang
pepes bawal bakar
dan teh tawar
dan waktu akan cepat berlalu
what are you doing right now?
sebentar lagi sore
pulangnya naik taksi saja
mampir dulu ke
grand indonesia
ngecek diskon
di zara
aku masih perlu satu lagi
sweater rajut berleher V
sesuai tips majalah luar negeri
menghadapi musim hujan ini
dengan penuh percaya diri
Dunia bagi Orang Sakit
Sekuntum bunga plastik dalam botol bekas bir berguguran seperti angka-angka yang luruh dari lembar kalender bergambar pria telanjang dada bonus tahunan Cosmopolitan. Masih ada apa di kulkas, sisa pesta akhir pekan? Aku ingin beberapa butir anggur merah segar, atau sebutir saja buah pir hijau yang masih muda untuk membasuh tenggorokan yang kerontang, dan jiwa yang nyaris sekarat oleh demam semalam. Sebelum dua keponakan kecilku yang nakal pulang dari sekolah dan menghabiskannya.
Mumu Aloha, lahir dan besar di Solo hingga lulus kuliah dari Jurusan Ilmu Komunikasi-FISIP, UNS. Sejak 2000 bergabung dengan portal berita detikcom. Pada 2001 ikut mendirikan Q! Film Festival dan aktif hingga beberapa tahun kemudian. Sempat keluar dari detikcom, dan menulis freelance untuk kritik film dan sastra, menyunting novel dan buku kumpulan cerpen untuk sejumlah penerbit, dan “menjadi blogger”. Sejak 2010 bergabung lagi ke detikcom, sebagai redaktur pelaksana kanal detikhot. Pada 2011 bersama beberapa teman mendirikan Kopdar Budaya, kelompok diskusi bebas bulanan yang berlangsung hingga kini. Aktif di akun Twitter @mumualoha dan mengelola blog talingtarung.wordpress.com. Saat ini tengah menyelesaikan penulisan skenario film tentang Wiji Thukul.
Foto oleh Festi Noverini